Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Ini Mengagetkanku

Masih teringat jelas betapa cupunya aku saat melakukan observasi di kelas Pak Ari. Berulang-ulang saat aku bercanda dengan teman sekampus, mereka pasti membullyku, ada yang bilang itu bukan rasa yang biasa, ada yang bilang, sekarang kamu jadi semangat kuliah, ada juga yang bilang, kamu jadi tambah ceria, ahh yang mereka katakan itu, justru membuatku semakin senyum tak jelas, dan kami semua tertawa. Kala itu, aku, Iza dan Ira sedang menyantap makan siang di Food Court, aku menceritakan tentang seseorang yang bukan Pak Ari, lalu Ira memotong ceritaku, “Udah nggak asyik dengerin yang itu, cerita kelanjutannya sama Pak Ari aja gimana.” Lalu kami bertiga saling memandang dan tertawa. Itu cerita kemarin siang, lain lagi dengan malam ini, sepulang kerja aku lalu masuk ke kamar, sementara Ibu mengikutiku, dan seketika kalimat ini langsung keluar dari mulutku, “Seru nih, chattingan kami berlanjut loh Buk.” Dan aku terhenyak mendengar jawaban Ibuku, “Iya, Ibu juga sudah menduganya, kamu ban

Safety First-Gara-Gara Hal Sepele Saya Jadi Salto

        Safety First, dua kata ini maknanya harus selalu diterapkan di semua kegiatan yang kita lakukan, apapun itu. Apalagi soal Safety Riding, ga bisa dipungkiri kita bakal berurusan dengan yang namanya transportasi setiap saat, kapanpun, dimanapun. Jelas dong, transportasi akan membantu mobilitas kita sehari-hari. Kalo ga ada transportasi, kita bisa apa coba, kemana-mana jalan kaki, yakalik Yogyakarta-Solo jalan kaki, mirisnya pun sekarang, walaupun udah banyak transportasi, tapi banyak juga yang tujuannya deket memilih untuk jalan kaki, udah gitu kadang pejalan kaki ini jadi sasaran buasnya kendaraan yang ugal-ugalan, faktor utamanya apa? Yes, that is…. Lupa sama yang namanya keselamatan, inget lo ya, jalan raya itu bukan punya satu nyawa yaitu kita doang, banyak nyawa lainnya yang sangat dinantikan keluarga dirumah. So, sedikit bakal cerita soal aku yang main-main sama keselamatan di jalan raya.         Jadi gini, waktu itu mau berangkat kerja, dari malem udah di set, jam segin

Observasi Asik

          Keputusan yang kita pilih terkadang mengharuskan untuk menerima segala konsekuensi, konsekuensi yang ada bisa jadi sangat berat atau sangat ringan, hal tersebut tergantung bagaimana kita menyikapinya. Haissssshhh... Sok banget bahasanya, ga ada yang lebih ringan? Oke oke... Maafkan, lagi pingin serius ceritanya. Jadi gini, kalau kita telah memilih untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi atau nama bekennya kuliah, berarti paling tidak, pasti kita harus mengerjakan tugas-tugas yang mendukung perkuliahan kita. Macam-macam tugasnya antara lain, kuliah tatap muka, kuliah lapangan atau biasa disebut observasi, kuis, UTS, UAS, KKN, PPL, dan Skripsi. Ah, sebelum itu ada ospek yang perlu kita tempuh dengan banyaknya tugas yang mengharuskan kita untuk selalu mengikuti prosesnya. Oke, kali ini aku mau bahas tentang kuliah lapangan, biasanya disebut observasi, pengamatan, atau terjun langsung ke sekolah atau lembaga lain.           Buat kalian, teman-teman sejawat, dedek ting

Si Centil Kehabisan Gaya

Sabtu, hari dimana biasanya mahasiswi libur dari kuliahnya. Namun tak ada libur bagiku, libur merupakan sesuatu yang  bisa dibilang mitos. Mahasiswi jurusan pendidikan biasanya menggunakan hari libur kuliahnya untuk terjun ke sekolah. Aku termasuk mahasiswa yang banyak gaya, ahh bukan , sok banyak acara. Tugas lapangan yang sudah diberikan dosen sejak awal semester, baru akan ku kerjakan , padahal waktu pengumpulan besok Kamis, dan sekarang adalah akhir pekan. Sementara teman-temanku yang lain sudah menyusun makalah, diriku sama sekali belum terjun ke lapangan.  Rasanya seperti akan ada badai besar yang melanda, disertai angin ribut, dan menerbangkan semua kertas-kertas tugasku, hanya berlembar-lembar kertas kosong yang sama sekali belum ada goresan pena sedikitpun. Terbang, sana terbang yang jauh, ahh sudah lari dikejar waktu ditambah semakin peningnya kepala ini, disusul oleh pemandangan beberapa teman-teman yang sudah mencetak makalah mereka. Temanku sudah mengomel tak karuan, ma

Berlayar 1

Ada ungkapan, bunyinya gini “Kalau punya acara yang udah direncanain itu kadang-kadang malah ga terlaksana, beda kalau acaranya dadakan malah langsung jadi gitu.” Boleh percaya boleh ga sih, tapi aku banyakan iya nya. Karena apa, biasanya emang gitu. Kayak di suatu Jumat, biasalah cewek kalau panikan dan heboh sendiri. Cewek itu aku, waktu itu bakal ada rencana pergi seharian di hari Minggunya. Aku dari Jumat ceritanya udah minta izin sama Babe. Dari kalimat yang aku ungkapin, Babe sih yes. Kenapa perlu ngomong sama Babe? Karena Babe itu lelaki paling pengertian dan paling perhatian sedunia. Dilihat dari ekspresi Babe yang penasaran, kutinggalkan bayangan Babe karena aku harus pergi mengerjakan tugas kelompok. Sambil berlalu kucium punggung tangan Babeku yang terlihat sangat jelas, kuat otot dan tulangnya yang selama ini menuruti kemauanku. “Assalamu alaikum… daaaahhh”. Kudengar Babe menjawab salamku dengan masih digelayuti rasa penasarannya, siapa yang akan ke rumah besok Minggu. S