DIA

Aku mengenalnya, ahh bukan, kami bertemu 1 tahun 33 hari 12 jam 20 menit yang lalu. Sebelum hari itu, aku pernah membaca namanya, dan dia pernah tahu namaku. Pertemuan itu, membuat aku dan dia, kini, menjadi aku dan dia yang beranjak menggapai kata “kita”, Aamiin.
        Kalimat-kalimat ini kubuat, sebagai bentuk rasa syukur karena aku telah bertemu dengan dia, bagaimana tidak, aku merasa setiap detikku menjadi lebih indah dan setiap hembusan nafasku penuh rasa syukur.
        Aku bukan penyuka warna-warna gelap seperti hitam, biru pekat, coklat, dan warna-warna yang seperti itu, gelap dan bukan warna-warna yang cerah, seperti kumpulan warna permen yang berwarna pink, kuning, merah, hijau, orange, dan putih. Dia sebaliknya, lebih suka warna hitam, biru dan coklat, jika bukan hitam, biru, dan coklat, yaa biru, coklat dan hitam, atau coklat, hitam dan biru. Selalu saja hanya tiga warna itu. Sementara aku lebih suka warna pink. Tapi coba lihat, jika hitam dan pink dipadukan, indah bukan?
        Aku bukan sosok yang dengan mudah mengatakan, “Love You”, aku lebih suka mencurahkan dengan perhatian dan dukungan di belakang panggung. Namun dia, adalah orang yang akan sering mengalah di tengah-tengah perdebatan, dan mencairkan suasana dengan kata “Love You”, semarah apapun dia kepadaku, sejengkel apapun, namun dia tak akan sungkan mengucapkan “Love You” di tengah-tengah ocehan atau amarahku yang terkadang tak punya tujuan, dan hanya mencari perhatiannya saja. Inilah yang paling kusuka, entah seperti ada magic di tengah-tengah kata, “Love You”, karena setelah dia mengucapkan kata itu, aku akan lupa tentang apa amarahku tadi.
        Aku adalah orang yang sangat suka membuang-buang uang untuk sesuatu, yang bahkan sangat sering apa yang kubeli tak jua kupakai. Namun dia tidak, dia akan berpikir beribu-ribu kali sebelum membelanjakan uangnya, sampai kupikir, aku bersyukur bertemu dengannya, dimana aku bisa belajar bagaimana membelanjakan uangku.
        Aku menyukai hal-hal yang berbau romantis, tapi dia seolah asing dengan kata ‘so sweet’. Di awal aku suka mengeluh, mengapa dia tidak romantis, atau sedikit romantis untukku. Berjalannya waktu, aku sadar. Sesuatu yang romantis di awal, akan menjenuhkan di akhir, yang mana setiap menit itu romantis, hanya ada di Drama Korea. Tapi bisa jadi, setelah dia menjabat tangan Bapakku, dia akan menjadi sosok yang sangat, sangat, dan sangat romantis bagiku. Itu janjinya sih, karena aku ingat dia pernah mengatakan hal itu padaku.
        Aku adalah orang yang tak sabaran, namun dia adalah seseorang yang membuatku jatuh hati padanya, karena kesabarannya. Kesabarannya telah menyihirku dan membuatku tertarik untuk menyelami hidupnya.
        Kini, adalah waktunya aku tetap menjadi penyemangatnya. Yaa, pemandu sorak untuk perjuangannya. Aku bukan orang yang hanya akan menunggu dia di lantai atas, aku lebih suka ikut bersamanya dari bawah, karena perjalananku sebelum bersamanya, juga dari bawah, dan sekarang aku mengenalnya, dimana kita bertemu di tengah jalan, dan mempunyai tujuan yang sama, maka aku menjadi semakin kuat, kuat untuk merangkak setengah berlari menuju lantai atas. Aku penyemangatnya, dia penjagaku, aku memantaskan diri, dia berjuang, kami berjalan bersama, menuju kita.


Perjuangan ini,
Penderitaan ini,
Air mata pedih ini,
Goresan luka yang akan kita temui,
Adalah teman, kata bahagia tidak akan pernah ada sebelum bertemu mereka.
Semangat Masku.

10.49 pm.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Observasi Asik

Nature Republic Aloe Vera Asli VS Palsu, Original VS FAKE KW SUPER

Review Product : Masker Kefir