Cium Peluk Cium Peluk
Beberapa
waktu yang lalu……
Ah,
bentar. Aku akan bercerita terlebih dahulu. Aku punya adik, tapi bukan adik
kandung, tapi masih saudara. Bisa dibilang saudara dekat, tapi jauh rumahnya. Tapi
dia tetap adikku, tapi bukan adik kandung. Dia laki-laki, yang saat ini masih
SD. Bisa dibilang dia adalah anak adiknya Ibuku, so dia adalah adik sepupu
laki-laki bagiku. Sebut saja Syamsul namanya. Dia tidak seperti anak-anak
normal pada umumnya, dia mempunyai hambatan intelektual, yang bisa dikatakan
ringan. Aku sering miris saat melihat orang-orang memperlakukan Syamsul seperti
itu. Merendahkan, mencemooh, menjauhi, tidak mau berteman, lari ketakutan,
mengancam, meremehkan, mencibir, mengolok-olok, melihat dengan sebelah mata,
dan mungkin selalu berpandangan negatif terhadapnya. Cuma mau bilang sih, kalau
tidak punya kaca, ini aku pinjami. You can’t jugde someone, because your not
God !
Percuma
sih aku membahas tentang kebutuhan khusus seseorang, jika aku bahkan kamu, dan
semuanya, belum mau membuka hati untuk tau dan belajar tentang apa itu
kebutuhan khusus. Ya Nggak?
Jadi,
beberapa waktu yang lalu. Syamsul main ke rumahku. Disitu hanya ada Ibuku.
Ibuku sedang kesana kemari mengerjakan pekerjaan rumah. Tiba-tiba Syamsul
tiduran di karpet yang memang tergelar sejak pagi di depan ruang TV. Ibuku
sempat menyapa Syamsul, karena mendengar Syamsul seperti sedang menelepon
seseorang. Syamsul kemudian menjawab bahwa dia sedang menelepon Adik dari
Bapak. Oke, karena Syamsul sering bermain telepon-teleponan, Ibuku mengira bahwa
dia hanya berpura-pura sedang menelepon saja.
Di suatu
sore yang cerah, aku, adikku, Bapak dan Ibu berkumpul di ruang TV. Ibuku
menceritakan yang dilakukan Syamsul soal telepon tadi. Ibuku menceritakan bahwa
tadi, sepertinya Syamsul menelepon seseorang, dan itu adalah adiknya Bapak. Lalu
seketika Bapak mengecek pulsa di HPnya, dan ternyata hanya tinggal Rp200,- seketika
Bapak marah, marah yang amat sangat marah karena belum lama membeli pulsa,
namun seketika pulsanya tinggal Rp200,-
Aku hanya
tersenyum mendengar amarah bapakku. Seketika aku berkata: “Hahaha… bagus dong,
berarti Syamsul pintar, dia anak yang pintar, dia bisa telepon beneran ke orang
lain, harusnya bangga dong, dia kan biasanya uma bermain peran, yakan?”
Lalu,
tiba-tiba saja Syamsul masuk ke Ruang TV. Amarah Bapakku seketika reda.
“Syamsul,
besok lagi, kalau mau pinjam HPnya Pakde buat telepon, izin dulu ya!” kata
Bapakku kepada Syamsul dengan sangat ramahnya.
Komunikasi.
Komunikasi adalah penghubung yang baik. Komunikasi akan membuat sebuah hubungan
yang sekalipun buruk dan penuh kebencian, akan menjadi sebuah hubungan yang harmonis.
Komunikasikanlah yang baik-baik apapun itu, karena saat kita bisa mengungkapkan
sesuatu dengan baik, maka makna yang sesungguhnya akan sampai kepada lawan
bicara kita. Terkadang, saat amarah datang, banyak dari kita memilih untuk
menghindar. That’s not solution. Make a communication with each other, to make
a good relationship with everyone. That’s simple. XOXO
Komentar
Posting Komentar